Rabu, 16 April 2014

Analisis Novel Laskar Pelangi dengan Konsep Psikoanalisis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    Tahun 1980-an mungkin merupakan zaman puncak bagi teori satra. Dekade ini adalah ‘momen’-nya teori, yakni saat topik tersebut menjadi sebuah tren dan kontroversi. Sesudah momen teori, pasti datang ‘periode penting’ teori, ketika teori sudah bukan lagi kepedulian eksklusif milik kaum minoritas yang berdedikasi, dan teori akan beredar di kalangan intelektual sebagai aspek kurikulum yang di anggap wajar. Pada tahap ini glamornya telah pudar, karismanya telah ‘ menjadi rutin’, dan bagi banyak orang sudah menjadi urusan sehari-hari untuk mempelajari atau mengajarkan (atau kebudayaan) materi ini.
Puisi, cerpen, novel disebut sebagai sastra. Sastra bukanlah apa yang menjadi isi dari puisi,cerpen, ataupun novel tersebut. Namun yang sebenarnya di maksud dengan sastra adalah proses menuju puisi, cerpen, ataupun novel. Sastra tidak hanya berbatas pada imajinasi namun juga mencakup kondisi-kondisi realitas di sekitarnya ketika realitas di tuliskan menjadi sebuah cerita atau fiksi maka hal itu bukan lagi sebuah realitas melainkan cerita atau fiksi yang mengandung unsur kehidupan. Sastra juga tidak terbatas pada hal-hal keindahan akan tetapi erat kaitannya dengan kebudayaan. Karya sastra lahir dari mengeksplorasi kebudayaan yang dimilikinya atau dapat di katakan bahwa kesusastraan itu mewakili zamannya.
Dalam sastra terdapat tiga aspek yang di kaji, yaitu teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Mempelajari sastra tidak terlepas dari filsafat dan ideologi selain itu, sastra juga erat kaitannya dengan seni sastra masuk dalam ruang lingkup seni, namun seni berbeda pemaknaanya dengan sastra.
Teori sastra erat hubungannya dengan konsep psikoanalisis. Sastra tidak hanya berbatas pada imajinasi tetapi juga menjelaskan kondisi-kondisi tentang realitas di sekitarnya  begitipun juga dengan konsep psikoanalisis yang menjelaskan tentang imajinasi berupa konsep alam bawah sadar.
Dalam menafsirkan sastra dikenal sebuah bentuk kritik sastra yang menggunakan sejumlah tekhnik alam bawah sadar yang di kenal dengan konsep psikaonalisis yang terdiri dari ID, EGO dan super EGO. Psikonaliasis disebut-sebut sebagai kekuatan pertama dalam aliran psikologi.Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia.Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis.
Konsep psikaonalisis ini di kembangkan oleh sigmund freud. Pendekatan psiakonalisis ini,  dikembangkan oleh sigmund freud semenjak tahun 1980-an sampai kematiannya di tahun 1939. Pada pemahaman freud mengenai pikiran, ia mendasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinix serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawa sadar, pegangan mental dan gangguan psikis lainnya. Ia juga meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Konsep psikonalisis ini berhubungan erat dengan sebuah novel yang berjudul “Laskar Pelangi” yang akan saya angkat sebagai tugas akhir teori sastra. Konsep psikonalisis yang dimaksud adalah super EGO. Novel Laskar Pelangi merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Sorbonne, Prancis, yang bernama Andrea Hirata.  Novel ini bercerita tentang kehidupan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di Sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan.
Novel Laskar pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari pengarangnya yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni, budaya. Novel ini merupakan perjalanan hidup dari pengarang, mengenai masa kecil yang dihabiskannya di tanah kelahirannya yaitu Pulau Belitong yang terkenal dengan timahnya. Namun, dengan kepandaian bercerita, Andrea mampu menampilkan segala kekurangan dan keterbatasan hidup bukan hanya sebagai ironi dan tragedi, melainkan juga bisa berbentuk ria dan sukacita, angan dan kebahagian (Wikipedia Indonesia :2008).
Novel ini juga merupakan novel best seller yang fenomenal dan sangat mengandung pembelajaran yang berarti. Laskar pelangi adalah sebuah novel inspiratif yang bercerita mengenai mimpi yang dapat mengobarkan semangat mereka yang selalu di rundung kesulitan dalam menempuh pendidikan. Cerita ini sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, ulet, penuh dedikasi, sabar,tawakkal dan bertakwa.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa hubungan teori sastra dengan psikoanalisis?
2.    Apa hubungan psikoanalisis dengan novel Laskar Pelangi?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui hubungan teori sastra dengan psikoanalisis
2.    Untuk mengetahui psikoanalisi dengan novel Laskar Pelangi




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sastra
1.    Sastra Secara Umum
        Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
        Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengantulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
    Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
2.    Sastra Menurut Para Ahli
a)    Mursal Esten (1978 : 9)
    Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan)
b)    Eagleton (1988 : 4)
    Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
c)    Plato
    Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
d)    Aristoteles
    Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
B.    Psikoanalisis
1.    Latar Belakang Lahirnya Psikoanalisis
    Pada pertengahan abad ke-19, yakni pada masa awal berdirinya psikologi -ai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, psikologi didominasi oleh gagasan dan upaya mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal melalui penelitian laboratorium dengan meng¬gunakan metode introspeksi. Pada masa itu tercatat satu aliran psikologi disebut psikologi strukturalisme. Tokoh psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang ahli psikologi Jerman yang mendirikan laboratorium-laboratorium psikologi pertama di Leipzig pada 1879. Karena pendirian laboratorium psikologinya (yang pertama di dunia) itu Wundt dianggap sebagai bapak psikologi modern, dan tahun 1879 dianggap sebagai tahun mulai berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari filsafat sebagai induknya maupun dari ketergantungannya kepada ilmu-ilmu lain seperti fisiologi dan fisika. Adapun ciri-ciri dari psikologi strukturalisme Wundt itu adalah penekanannya pada analisis atas proses-proses kesadaran yang dipandang terdiri dari elemen-elemen dasar, serta upayanya menemukan hukum¬-hukum yang membawahi hubungan di antara elemen-elemen kesadaran tersebut. Karena pandangannya yang elementalistik ini maka psikologi strukturalisme disebut juga psikologi elementalisme. Di samping dipandang terdiri dari elemen-elemen dasar, kesadaran, oleh Wundt dan oleh ahli psikologi lainnya pada masa itu, dipandang sebagai aspek yang utama dari kehidupan mental. Segala sesuatu atau proses yang terjadi dalam diri manusia selalu diasalkan atau dianggap bersumber pada kesadaran.
    Di tengah-tengah psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan mental itu muncullah seorang dokter muda dari Wina dengan gagasannya yang radikal. Dokter muda yang dimaksud adalah Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar).
    Untuk bidang psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi teori kepribadian, pengaruh Freud dengan psikoanalisa yang dikembangkannya dapat dilihat dari fakta, bahwa sebagian besar teoris kepribadian modern ckilain penyusunan teorinya tentang tingkah laku (kepribadian) mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan, gagasan-gagasan Freud. Dan psikoanalisa itu sendiri, sebagai aliran yang utama dalam psikologi, memiliki teori kepribadian yang gampangnya kita sebut teori kepribadian psikoanalitik (psychoanalitic theory of personali¬ty)
2.    Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikoanalisis adalah sebuah teori dalam psikologi yang, bisa dibilang, paling terkenal meski pada kenyataannya, oleh sebagian orang, tidak sepenuhnya dapat dipahami. Namun harus diakui, bahwa teori ini sangat berpengaruh, bahkan di luar bidang psikologi. Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar.
Membicarakan tentang psikoanalisis tentu tidak bisa dilepaskan dari seseorang yang telah mempopulerkannya, yaitu Sigmund Freud (1856-1939),mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan teori “canggih”nya ini.
Menurut Freud, psikoanalisis mempunyai tiga arti Bertens, 1979: x – xi). Pertama, istilah psikoanalisis dipakai untuk menunjukkan suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. kedua, istilah ini menunjukan juga suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis. Ketiga, istilah yang sama juga dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut. Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud (Ratna, 2004:62 dan 344). Menurut Freud (2002:3), psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf. Psikoanalisis, mendasarkan pemikirannya pada proses bawah sadar yang membentuk perilaku dan segala penyimpangan perilaku sebagai akibat proses tak sadar. Psikoanalisis tidak bertujuan atau mencari apapun kecuali penemuan tentang alam bawah sadar dalam kehidupan mental. (Freud, 2002:424)
3.    Konsep Kesadaran (Mind)
a)    Sadar (Conscious)
    Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, begitu orang memindahkan perhatiannya ke cue yang lain.
b)    Prasadar (Preconscious)
    Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan dari unconscious. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi taksadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c)    Taksadar (Unconscious)
    Adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
4.    Konsep Kepribadian
a.    The Id (Is [Latin], atau Es [Jerman]), Id adalah sistem kepribadian yang asli,dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Pleasure principle diproses dengan dua cara tindak refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi atomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata, dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran obyek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.
b.    The Ego (Das Ich [Jerman]), Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle), usaha memperoleh kepuasan yang dituntun id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondary process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasikan obyek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita (reality testing), melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara realistik.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama, pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif  kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dari superego.
c.    The Superego (Das Ueber Ich [Jerman]), Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Superego bersifat nonrasioanal dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.
Tabel:  Perbandingan Tiga Sistem Kepribadian
ID    EGO    SUPEREGO
Original sistem, asalmuasal dari system yang lain. Berisi insting dan penyedia enerji psikik untuk dapat beroperasinya system yang lain. Hanya mengetahui dunia dalam; tidak berhu-bungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif.    Berkembang dari id untuk menangani dunia eksternal. Memperoleh enerji dari id. Memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun realitas objektif.    Berkembang dari ego un-tuk berperan sebagai tangan-tangan moral ke-pribadian. Merupakan wu-jud internalisasi nilai-nilai orang tua. Dikelompokkan menjadi dua; conscious (yang menghukum tingkah laku yang salah), dan ego ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti id, superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pe-ngetahuan mengenai real-itas objektif.
Mengikuti prinsip kenik-matan dan bekerja dalam bentuk proses primer. Tujuannya tunggal yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.    Mengikuti prinsip realita dan bekerja dalam bentuk proses sekunder. Tujuan-nya untuk membedakan antara fantasi dengan realita sehingga dapat memuaskan kebutuhan organisme. Harus dapat menggabungkan kebutuhan id, superego dan dunia eksternal. Tujuan umum-nya adalah mempertahan-kan hidup dan kehidupan jenisnya.    Mengikuti prinsip conscious dan ego ideal. Tujuannya membedakan antara benar dan salah dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral, dan memuaskan kebutuh-an kesempurnaan.
Mencari kepuasan insting segera.    Menunda kepuasan insting sampai kapuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan superego dan dunia eksternal.    Menghambat kepuasan insting.
Tidak rasional.    Rasional.    Tidak rasional.
Beroperasidi daerah unconscious.    Beroperasi di daerah conscious, preconscious, dan unconscious.    Beroperasi di daerah conscious, preconscious, dan unconscious.

5.    Hubungan Sastra dengan Psikoanalisis
    Munculnya pendekatan psikologi dalam sastra disebabkan oleh meluasnya perkenalan sarjana-sarjana sastra dengan ajaran-ajaran Freud yang mulai diterbitkan dalam bahasa Inggris. Yaitu Tafsiran Mimpi ( The Interpretation of Dreams ) dan Three Contributions to A Theory of Sex atau Tiga Sumbangan Pikiran ke Arah Teori Seks dalam dekade menjelang perang dunia. Pembahasan sastra dilakukan sebagai eksperimen tekhnik simbolisme mimpi. Sejak zaman Yunani, kejeniusan dianggap kegilaan(madness) dari tingkat neurotik sampai psikosis. Penyair dianggap orang yang kesurupan (possessed). Ia berbeda dengan yang lainnya, dan dunia bawah sadarnya yang disampaikan melalui karyanya dianggap berada di bawah tingkat rasional. Namun, pengarang tidak sekedar mencatat gangguan emosinya ia juga mengolah suatu pola arketipnya, seperti Dostoyevsky dalam karyanya The Brother Kamarazov atau suatu pola kepribadian neurotik yang sudah menyebar pada zaman itu. Kemudian, ilmu tentang emosi dan jiwa itu berkembang dalam penilaian karya sastra. Psikologi atau psikoanalisis dapat mengklasifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan tipe fisiologisnya. Psikoanalasisis dapat pula menguraikan kelainan jiwa bahkan alam bawah sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen di luar karya sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Untuk menginteprestasikan karya sastra sebagai bukti psikologis, psikolog perlu mencocokannya dengan dokumen-dokumen di luar karya sastra.
Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukan teori psikologi yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.
Asumsi dasar psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh berbagai hal. Pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra adalah produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconscious) setelah jelas baru dituangkan dalam bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra. Kedua, kajian psikologi sastra di samping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika pengarang menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga karya tersebut menjadi lebih hidup.
Psikologi dalam sastra lebih menitikberatkan karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan dalam psikologi sastra, karya dianggap sebagai refleksi kejiwaan.
Teori yang masih digunakan dalam kajian psikologi adalah psikoanalisis yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Teori ini menjelaskan bahwa manusia sering berada dalam kondisi tidak sadar. Adapun kondisi sadar sangat sedikit ditemukan dalam kondisi mental manusia. Teori ini menarik untuk dikaji, bukan hanya karena memiliki hubungan yang erat dengan sastra, akan tetapi juga dikarenakan eksistensi teori ini sampai sekarang.
Telah diungkapkan di atas bahwa manusia sering dalam kondisi tak sadar (alam bawah sadar) daripada kondisi sadar. Ketidak sadaran ini akan menyublim ke dalam proses kreatifitas pengarang. Dalam proses penciptaan tokoh misalnya, pengarang sering menggunakan daya imajinasinya seolah-olah sedang berhadapan dengan realitas. Semakin jauh lagi, sering pengarang merasakan larut pada cerita-cerita fiktif yang ia buat sendiri.
Dalam kajian psikologi sastra, kepribadian manusia yang dianalisis melalui teori psikoalalisis dibagi menjadi tiga yaitu, id, ego, dan super ego. Ketiga sistem ini saling berkaitan erat sehingga merupakan suatu totalitas. Perilaku manusia sering diinterpretasikan sebagai refleksi dari produk ketiga unsur di atas. Jadi karya sastra adalah ungkapan jiwa pengarang yang menggambarkan emosi dan pemikirannya. Karya sastra lahir dari endapan pengalaman yang telah dimasak dalam diri pengarang.
C.    Novel Laskar Pelangi
1.    Latar Belakang Novel
    Sebuah karya prosa fiksi sudah tentu terdapat unsur-unsur yang membangun karya sastra. Analisis dan pemahaman Unsur-unsur itu berperan penting dalam menentukan karya itu berkualitas atau tidak.
    Adapun novel Laskar Pelangi ini dipersembahkan untuk guru, diantaranya ibu Muslimah Hafsari dan bapak Harfan Efendi Noor serta sepuluh sahabat anggota laskar pelangi.
    Ada dua hal yang menjadi perhatian seseorang ketika membaca novel Laskar Pelangi ini. Novel Laskar Pelangi ini mengisahkan tentang kegigihan dan perjuangan anggota Laskar Pelangi dalam menempuh dunia pendidikan dan impian mereka dalam mengejar cita-cita. Selain itu, di dalam Novel ini diceritakan pula perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi yang sangat tinggi di dalam dunia pendidikan. Novel laskar pelangi ini dikarang oleh Andrea Hirata, seorang anak belitong yang menyajikan kepada kita sebuah karya tentang dunia pendidikan. Pada dasarnya pembuatan novel ini mengungkapkan perlunya dedikasi pendidikan. Andrea Hirata adalah seorang anak yang lahir di belitong. Pengalamannya ketika kecil tentang pendidikan di belitong telah menghasilkan karya yang popular. Dengan gaya bahasa yang menarik, Andrea Hirata mampu menarik perhatian pembaca dengan gaya bahasa yang mengasikkan, serta metafora-metafora yang kuat sehingga, membangkitkan semangat pembaca.
2.    Sinopsis
    Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
    Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
    Mereka, Laskar Pelangi nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
3.    Hubungan Novel dengan Psikoanalisis dalam Kutipan Novel Laskar Pelangi
    Salah satu tokoh dalam novel ini yang memiliki kepribadian yang berhubungan dengan konsep psikoanalisis adalah Mahar. Dia memiliki ketiga konsep kepribadian dalam Psikoanalisis yaitu ID, EGO, dan SUPER EGO. Hubungan itu dapat dilihat pada beberapa kutipan di bawah ini.
Peristiwa:
“Balitong merupakan kampung kaya akan hamparan timah. Di setiap sudutnya pasti banyak mengandung biji timah yang pemanfaatannya sangat luar biasa untuk bahan-bahan teknologi. Pengelolaannya pun belum tersentuh kecuali di kawasan elit yang benar-benar sudah mengelolanya. Masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai bruh di PN Timah. Mereka berpenghasilan sangat sederhana sekali. Masyarakat yang lain bermata pencarian sebagai pencari madu, nira, nelayan, dan banyak juga yang tidak mempunyai pekerjaan.”
    Ego yang terdapat dalam bab ini adalah ketika mahar membawakan lagu yang merdu, suasana menjadi hening. Teman-temannya pada terpesona. Pandangan mereka fokus kepada Mahar. Ketika dia menyanyi seolah-olah alam menyimak. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Suasana jadi hening dan kemudian perlahan-lahan Mahar memulai intro lagunya dengan memainkan melodi ukulele yang mendayu-dayu,… (hal. 136).”
“Seketika kami tersentak dalam pesona…dibawakan Mahar dengan teknik menyanyi seindah Patti Page yang melambungkan lagu lama itu.…(hal. 137).”
“Ketika Mahar bernyanyi seluruh alam diam menyimak. Kami merasakan sesuatu tergerak di dalam hati.…(hal. 137).”
Peristiwa:
Mahar dan Lintang merupakan penyeimbang yang terdapat di SD Muhammadiyah. Mereka mempunyai kecerdasan di bidangnya masing-masing. Mahar sangat terampil dalam bidang seni, namun Lintang terampil di semua bidang selain seni. Mereka bagaikan sayap yang saling berperan di SD Muhammadiyah. Mereka sangat kompak dan memiliki kelompok seni. Biasanya mereka pentaskan ketika ada momen-momen tertentu. Pernah Mahar dan teman-temannya untuk mengisi acara kampanye dengan dalih sejumlah imbalan, tetapi mereka menolaknya.
    Ego yang terdapat dalam bab ini adalah kecerdasan Mahar dalam memberikan ide cemerlang membuahkan hasil, yaitu ketika dimintai tolong oleh Pak Harfan untuk memberikan masukan bagaimana caranya di rumah Ketua RT bisa menanmpung banyak orang dan mereka semua bisa menonton kejuaraan final di TV. Mahar menyarankan untuk memakai kaca pantul dan kenyataannya berhasil. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Ketika beliau berkeluh kesah pada kepala sekolah kami, maka Mahar sudah kondang akal dan taktiknya segera dipanggil dan ia muncul dengan ide ajaib ini: “Gambar TV itu bisa dipantul-pantulkan melalui kaca, Ayahanda Guru,” kata Mahar berbinar-binar dengan ekspresi lugunya. (hal. 153).”
Peristiwa:
Setelah hujan turun merupakan momen bagi sepuluh murid Belitong. Biasanya akan muncul pelangi dengan beranekaragam warna. Entah siapa yang pertama kali memiliki hobi melihat pelangi yang indan dan elok ini. Bagi mereka pelangi adalah lukisan Tuhan yang tidak ada tandingannya. Konon, pelangi menyimpan mitos di Belitong. Hal itu juga yang membuat mereka penasaran kepada pelangi. Tentang suku Sawang, suku nenek moyang Belitong yang sangat tradisional peradapannya.
“Tak satu pun penonton yang tak kebagian melihat aksi lie Sumirat. Penonton merasa puas dan benar-benar menonton dari layar kaca dalam arti sesungguhnya. (hal. 154).”
Id yang terdapat dalam bab ini adalah Mahar membongkar rahasia pelangi. Mitosdi balik keindahannya terdapat lorong waktu ke tempat seku nenek moyang orang-orang Sawang. Otomatis teman-teman Mahar tersentak termakan omongannya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Tahukah kalian…,” katanya sambil memandang. Pelangi sebenarnya adalah sebuah lorong waktu!” Kami terdiam, suasana jadi bisu, terlena khayalan Mahar. (hal. 160-161).”
“Jika kita berhasil melintasi pelangi maka kita akan bertemu dengan orang-orang Belitong tempo dulu dan nenek moyang orang-orang Sawang.” (hal. 161).”
Super Ego yang terdapat dalam bab ini adalah Wajah Mahar menampakkan penyesalan membongkar rahasia keluarga. Mahar sedikit menakut-nakuti teman-temannya, sehingga sebagian merasa ketakutan mendengar kisah orang-orang Sawang ini. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Wajahnya tampak menyesal seperti baru saja membongkar sebuah rahasia keluarga yang terdalam dan telah sisimpan tujuh turunan. Lalu dengan nada terpaksa ia melanjutkan,”Tapi jangan sampai kalian bertemu dengan orang Belitong primitif dan leluhur Sawang itu, karena mereka itu adalah kaum kanibal. (hal. 161).”
“Sekarang wajahnya pasrah. A Kiong menutup mulutnya dengan tangan dan hampir saja tertungging dari dahan karena melepaskan pegangan. (hal. 161).”
Peristiwa:
Tokoh Aku (Ikal) mendapat nilai kesenisan lebih bagus dari Mahar. Kejadian yang tidak biasa. Mood yang hilang karena ejekan teman-temannya itu mungkin penyebab nilai Mahar menjadi buruk. Teman-teman tidak percaya kepadanya kalau dirinya melihat kawanan burung pelintang pulau. Bukannya percaya tapi berbagai ejekan dari teman-temannya ia terima. Dia terinspirasi membuat lukisan tentang kawanan burung pelintang pulau itu, tetapi hasilnya sangat mengecewakan karena dia terlambat dan tidak sempurna mengumpulkannya.
Id yang terdapat dalam bab ini adalah tidak biasanya Mahar mendapat nilai kesenian yang sangat rendah. Hal itu terjadi setelah berkemah di pesisir pantai. Mahar katanya melihat sekawanan burung pelintang. Apakah gara-gara melihat burung yang penuh gengan aura mitos itu? Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Dengan puisi ini, untuk pertama kalinya aku mendapat nilai kesenian yang sedikit lebih baik dari nilai Mahar… Semua itu gara-gara sekawanan burung hebat nanmisterius yang dinamai orang-orang Belitong sebagai burung pelintang pulau. (hal. 182-183).”
“Orang-orang Melayu pesisir percaya bahwa jika burung ini singgah di kampung maka pertanda di laut segang terjadi badai hebat… (hal. 184).”
Super Ego yang terdapat dalam bab ini adalah Mahar meyakinkan teman-temannya kalau dirinya melihat kawanan burung pelintang pulau itu, tetapi teman-temannya menertawai dan mengejeknya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Sungguh Son, yang kulihat tadi burung pelintang pulau kawanan lima ekor.”. (hal. 185).”
“Tawa kami meledak menusuk perasaan Mahar. Burung ayam-ayaman tidak eksklusif, terdapat di mana-mana…Jangan kau campuradukkan imajinasi dan dusta, kawan…. (hal. 186).”
Ego yang terdapat dalam bab ini adalah Mahar melukis yang terinspirasi dari temuannya kawanan burung pelintang pulau. Ketika ingat ejekan temannya, maka lukisannya tidak dilanjutkan karena rasa jengkel kepada mereka. Makanya dia terlambat mengumpulkan tugas kesenian dan mendapat nilai jelek. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Besoknya Mahar membuat lukisan berjudul “Kawanan Burung Pelintang Pulau”. Sebuah tema yang menarik… (hal. 188).”
“…Maka ketika Samson, Syahdan, dan Sahara berpendapat bahwa bentuk burung yang tak jelas karena sebenarnya Mahar tak pernah melihatnya. Mahar kembali tenggelam dalam sarkasme, mood-nya rusak berantakan. (hal. 189).”
“Kali ini Ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,…”Bukan karyamu tidak bermutu, tapi dalam bekerja apa pun kita harus memiliki disiplin. (hal. 190).”
Peristiwa:
Festival karnaval sudah dimulai. Tabuhan drumband dari SD PN saut menyaut. Penampilan mereka benar-benar eksotis. Sempat di hati teman-teman Mahar merasa ciut, tetapi penampilan Mahar dan kawan-kawan tidak kalah bagus dengan penampilan mereka. Penampilan mereka bisa menghipnosis seluruh penonton termasuk SD PN. Tarian yang tidak pernah ditampilkan. Tarian yang benar-bena penuh penghayatan yang mengantarkan SD Muhammadiyah menjadi juara umum dan menghilangkan mitos sekolah kampung tidak pernah menang.
Id yang terdapat dalam bab ini adalah Mahar memberikan kalung kepada teman-temannya untuk festival karnaval. Kaalung itulah yang menjadi tanda tanya bagi mereka, karena selah-oalh menjadi sentral pertunjukan dan banyak menyimpan daya magis yang sangat kuat. Apa manfaat kalung itu mereka tidak tahu, hanya Mahar yang tahu fungsi kalung itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Tak disangka ternyata kalung yang tak menarik perhatian itulah sesungguhnya sentral ide seluruh koreografi ini…pada untaian kalung anak-anak ini Mahar menyimpan rahasia terdalam daya magis penampilan kami,…(hal. 233).”
Ego yang terdapat dalam bab ini adalah kecerdasan ide Mahar yang disajikan untuk karnaval membuahkan hasil. Mereka menjadi juara umum mengalahkan juara bertahan, yaitu SD PN. Dibalik kemenangan teman-teman Mahar merasa kesakitan, gatal tidak karuan. Penyebabnya dari kalung yang disandang para pemain. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
Tapi di tengah penantian menegangkan itu aku merasakan sedikit keanehan di lingkaran leherku. Seperti ada kawat panas menggantung…(hal. 240).”
“Dalam waktu singkat rasa gatal meningkat dan aku mulai menggaruk-garuk di seputar leher… (hal. 240).”
Hal itu dibuktikan oleh sekolah Muhammadiyah yang mampu mematahkan mitos bahwa sekolah kampung tidak mungkin menang melawan sekolah PN dalam karnaval. (hal. 246).”
“…dewan juri tak punya pilihan lain selain penganugrahkan penghargaan daripada penampila seni terbaik tahun ini kepada sekolah Muhammadiyah!”(hal. 247).”
Peristiwa:
Kelompok pemburu tahayul dan mistis menamakan diri mereka sebagai Societeit de Limpai. Kerjaan mereka berkelana mencari kebenaran-kebenaran atas mitos yang belum terpecehkan sampai berpuluhtahun dan mungkin dari zaman nenek moyang. Seringkali ketika mereka bertanya kepada penduduk setempat , mereka mendapat gunjingan, cemoohan, dan tawaan. Mereka tetap membuktika secara ilmiah menggunakan peralatan modern dan tidak tanggung-tanggung mereka langsung terjun ke lokasi.
Id yang terdapat dalam bab ini adalahyang paling parah perbuatan Mahar, dia membuat kelompok dengan nama Societeit de Limpai. Kerjaan kelompok ini mencari hal-hal yang bersifat mistis. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“MEREKA menyebut diri mereka Societeit de Limpai, sederhananya: Kelompok Limpai. Limpai adalah binatang legendaris jadi-jadian yang menakutkan dalam mitodo;ogi Belitong…(hal. 385).”
“Mereka secara rutin berkelana…(hal. 389).”
Peristiwa:
Mahar dan Flo memperoleh nilai jelek, mungkin karena mereka tidak bisa membagi waktu dan disibukkan habinya itu. Mereka mendapat marah dari Bu Mus secara habis-habisan. Untuk memperbaiki nilai mereka berniat meminta bantuan alam gaib supaya bisa memperbaiki nilai mereka yang terlanjur jelek. Mereka meminta bantuan dukun sakti di pulau Lanun Tuk Bayan Tula. Perjalanan dengan mempertaruhkan nyawa, harta mereka lakukan dei bisa minta bantuan si dukun. Setelah bertemu mereka mendapat surat yang isinya, Mahar dan Flo harus belajar kalau mau mendapat nilai bagus.
Super Ego yang terdapat dalam bab ini adalah Mahar mendapatkan gulungan kertas yang dia inginkan. Seolah-olah itu benda yang paling berharga di dalam hidupnya, padahal dia belum tahu isinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“…Terimalah hadiahmu, karna engkau anak muda pemberani yang telah menantang maut untuk menemuiku…Tuk menyerahkan gulungan kertas itu yang disambut Mahar dengan kedua tangannya seperti gelandangan yang hampir mati kelaparan menerima sedekah…(hal. 420).”









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
    Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah bahwa Teori yang masih digunakan dalam kajian psikologi adalah psikoanalisis yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Teori ini menjelaskan bahwa manusia sering berada dalam kondisi tidak sadar. Adapun kondisi sadar sangat sedikit ditemukan dalam kondisi mental manusia. Teori ini menarik untuk dikaji, bukan hanya karena memiliki hubungan yang erat dengan sastra, akan tetapi juga dikarenakan eksistensi teori ini sampai sekarang.
    Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukan teori psikologi yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.
    Dalam kajian psikologi sastra, kepribadian manusia yang dianalisis melalui teori psikoanalisis dibagi menjadi tiga yaitu, id, ego, dan super ego. Ketiga sistem ini saling berkaitan erat . Perilaku manusia sering diinterpretasikan sebagai refleksi dari produk ketiga unsur di atas. Jadi karya sastra adalah ungkapan jiwa pengarang yang menggambarkan emosi dan pemikirannya. Karya sastra lahir dari endapan pengalaman yang telah dimasak dalam diri pengarang.
    Kepribadian manusia yang dianalisis melalui psikoanalisis itu pulalah yang berhubungan dengan salah satu tokoh dalam novel Laskar Pelangi yaitu Mahar. Novel Laskar Pelangi ini mengisahkan tentang kegigihan dan perjuangan anggota Laskar Pelangi dalam menempuh dunia pendidikan dan impian mereka dalam mengejar cita-cita. Dia memiliki ketiga konsep kepribadian dalam Psikoanalisis yaitu ID, EGO, dan SUPER EGO.
        DAFTAR PUSTAKA   
Barry, Peter. 1995. Beginning Theory, an Introduction to Literary and Cultural Theory. Manchester: Manchester University press.
MAHAYANA. MAHADEWA.COM
Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar