Kamis, 09 Januari 2014

BAB II


 LANDASAN TEORI Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Bumi Cinta

BAB II LANDASAN TEORI
Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Bumi Cinta
Karya Hesti Lisiawati Mahasiswa UBT
A. Unsur Pembangun Novel
Ahli sastra sering menyebut prosa dengan istilah fiksi, istilah fiksi dipergunakan untuk menyebut
karya sastra yang isinya perpaduan antara kenyataan dan imajinasi. Fiksi yang baik menggambarkan kehidupan yang mengundang simpati pembaca, tanggapan pembaca, dan mendidik moral pembaca.
Seperti sebuah novel yang merupakan suatu totalitas mempunyai bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan dengan yang lain secara erat dan saling bergantung. Unsur-unsur inilah yang kemudian menjadi pembangun sebuah novel, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan
dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra namun mempengaruhi kehadiran karya sastra sebagai karya seni. Unsur ekstrinsik karya fiksi sebagai aspek yang berada di luar sastra seolah-olah berpisah atau berdiri sendiri dan tidak memiliki kaitan dengan unsur intrinsik.
Namun sebenarnya antara unsur intrinsik dan ekstrinsik itu saling berhubungan tidak terlepas antara yang satu dengan yang lain. Unsur ekstrinsik antara lain aspek historis yaitu kaitannya antara sastra dan latar belakang sejarah, aspek sosiologis berkaitan antara sastra dengan masyarakat dalam berinteraksi satu dengan yang lain, aspek psikologis yang berkaitan antara sastra dengan kejiwaan manusia, aspek budaya yang berkaitan antara sastra dengan adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, aspek agama/religius kaitannya dengan sastra sangat erat karena keyakinan adanya nilai religius dalam karya sasrta sudah ada sejak lama, keyakinan adanya nilai religius dalam karya sastra merupakan akibat logis dari kenyataan bahwa sastra dari pengarang yang homoreligius (dalam skripsi Chairiah, 2010:19-20).
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa unsur pembangun novel ada dua,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain untuk menciptakan suatu karya sastra yang bernilai seni.
B. Tokoh dan Penokohan
Struktur yang hendak dikaji dalam novel ini hanya akan dititikberatkan pada tokoh dan penokohan.
Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh
dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan (Wiyatmi, 2006: 30).
Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan memiliki keterkaitan dengan tokoh. Istilah
‘tokoh’ menunjuk pada pelaku dalam cerita sedangkan ‘penokohan’ menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Wiyatmi, 2006: 31).
Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak
tokoh dalam suatu cerita. “Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokohtokoh harus dihidupkan” (Wardani, 2009: 40).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penciptaan citra
atau karakter ini merupakan hasil imajinasi pengarang untuk dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
Penokohan dalam cerita dapat disajikan melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan
metode tidak langsung (dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita
yang memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang tokoh cerita berupa lukisan sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik) adalah teknik pengarang mendeskripsikan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kepribadiannya masing-masing, melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang terjadi (Wiyatmi, 2006:32).
Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi
penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu :
1. Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain.
2. Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan atau peran dalam masyarakat, tingkat pendidikan, pandangan hidup, agama, sosial, suku bangsa dan keturunan.
3. Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan keahlian khusus (Wardani, 2009: 41).
C. Psikologi Sastra
Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan ‘logos’ yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Ahmadi, 2003: 1). Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Endraswara, 2008: 6).
Dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa Psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara sastra dengan kejiwaan. Dalam penelitian ini, ada beberapa peristiwakejiwaan yang perlu dipahami antara lain.
a. Konflik
Konflik terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan
kemampuan potensial. Konflik dapat diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat dibagi
menjadi empat macam, yaitu:
1) Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena
individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang
mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji.
2) Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu
yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).
3) Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi
dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari kelompoknya.
4) Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena
menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang
sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai
(negatif) atau melanjutkan studi (positif).
D. Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikologi lazim disebut sebagai psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses
kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang
insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan selama tahun-tahun
pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang dilakukan manusia dianggap berasal dari
dorongan ini. Seks dan insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya
yaitu libido yang artinya syahwat yang bersifat naluri (Gardner, 1993: 73).
Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri.
1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidaknyamanan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan.
2. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan
atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol
jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan
antara id dan super ego. Peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif
dan keadaan lingkungan.
3. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta citacita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok super ego adalah merintangi dorongan id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan megejar kesempurnaan. Jadi super ego cenderung untuk menentang id maupun ego dan membuat konsepsi yang ideal.
Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri dari tiga aspek yaitu id, ego dan
super ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, id bisa dipandang sebagai komponen
biologis kepribadian, ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan super ego adalah komponen
sosialnya.
E. Novel
Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru.
Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari bentuk karya sastra
lainnya seperti puisi dan drama. Sedangkan dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya cerita pendek dalam bentuk prosa. Kehadiran novel sebagai bentuk salah satu karya sastra berawal dari kesusastraan Inggris pada awal abad ke-18. Timbulnya akibat pengaruh tumbuhnya filsafat yang dikembangkan John Locke (1632-1704) yang menekankan pentingnya fakta atau pengalaman (dalam skripsi Chairiah 2010:17).
Suyitno (dalam skripsi Chairiah 2010: 17) menyatakan novel adalah sastra cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang mewakili dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
Tarigan (2000: 164) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan suatu alur cukup panjang
mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa novel adalah suatu
cerita prosa yang panjang dengan alur cukup panjang yang melukiskan kehidupan pelaku mulai waktu muda sampai mereka menjadi tua yang masih memiliki nilai-nilai otentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar